Rabu, 06 November 2019


KATA PENGANTAR
Segala puji dansukur saya haturkan ke tuhan yang mahakuasa yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Pmengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah SISTEM PRODUKSI dengan judul “make to order dan make to stoc”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.






















BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.
anajemen Operasi dan Produksi terdiri dari kata manajemen dan operasi/produksi. Para ahli manajemen, mempunyai banyak definisi tentang manajemen. Manajemen adalah tindakan atau kegiatan merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol untuk mencapai tujuan organisasi. Operasi adalah kegiatan untuk mengubah input menjadi output sehingga lebih berdaya guna daripada bentuk aslinya. Operasi merupakan salah satu dari fungsi-fungsi yang ada dalam suatu lembaga. Fungsi lain selain operasi adalah keuangan, personalia, pemasaran, dan lain-lain. Operasi inilah yang menentukan kemampuan suatu lembaga melayani pihak luar. Jadi manajemen operasi merupakan penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi atau operasi agar dapat dilakukan secara efisien. Mekasisme atau system manajemen operasi masing-masing perusahaan berbeda, akan terdapat proses mengubah bentuk fisik, atau memindahkan (transportasi), menyimpan, memeriksa dan meminjamkan. Berdasarkan beberapa ahli manajemen, pengertian manajemen operasi yaitu:
Menurut Jay Helzer dan Barry Render (2005;4), manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.
Menurut Pangestu Subagyo (2000;1), manajemen operasi adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi atau operasi agar dapat dilakuakn secara efisien.
Menurut Edy Herjanto (2003;2), manajemen oprasi adalah suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi–fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan.
      Jadi, manajemen operasi merupakan penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi dan operasi agar dapat dilakukan secara efisien selain itu  juga dapat menghasilkan suatu produk yang bisa berupa barang maupun jasa, yang mana untuk kegiatan proses produksinya yang efektif dan efisien memerlukan berbagai konsep, peralatan serta berbagai cara mengelola operasinya. Manajemen operasi dalam agribisnis ditujukan pada pengarahan dan pengawasan proses yang digunakan oleh perusahaan makanan dan agribisnis untuk produksi di pabrik dengan memiliki tujuan sebagai berikut :
Merancang program mutu
Merencanakan lokasi pabrik
Memilih tingkat kapasitas yang tepat
Mendesain layout operasi
Memutuskan desain proses
Menentukan tugas, pekerjaan, dan tanggung jawab
Memproduksi atau mengatur produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam  jumlah, kualitas, harga, waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan. Untuk menciptakan barang dan jasa (produk), semua organisasi bisnis (perusahaan) paling tidak menjalankan tiga fungsi utama yaitu :

Fungsi Pemasaran (Marketing Function) yang berhubungan dengan pasar untuk dapat menciptakan permintaan dan pada akhirnya menyampaikan produk yang dihasilkan ke pasar.
Fungsi Keuangan (Finance Function) yang mengelola berbagai urusan keuangan didalam perusahaan maupun perusahaan dangan fihak luar perusahaan.
Fungsi Produksi atau Operasi (Operation Function) berkaitan dengan penciptaan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Menurut Handoko (1994) ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa perlu belajar manajemen operasi, diantaranya:
Manajemen Operasi memberikan cara pandang yang sistematik dalam melihat proses-proses dalam organisasi. Jika hal ini sudah menjadi isu biasa dalam industri manufaktur, tidak demikian dalam industri jasa. Pemahaman tentang bagaimana mengelola operasi dengan pendekatan modern ini akan memudahkan kita menganalisis dan memperbaiki sistem dalam perusahaan atau organisasi
Konsep dan tools dalam manajemen operasi pada dasarnya dapat dan banyak diterapkan pada fungsi manajemen yang lain. mengapa demikian? karena setiap fungsi manajemen juga melibatkan proses dalam pekerjaannya.
Bidang manajemen operasi pun belakangan ini menawarkan karir yang cukup menantang seperti fungsi manajemen lainnya. Di banyak perusahaan sudah biasa kita jumpai jabatan manajer operasi, bahkan sampai direktur operasi. Dalam pendidikan bisnis, manajemen operasi memang sudah menjadi 1 pilar yang wajib diajarkan kepada mahasiswa. Terkait dengan poin 3, maka banyak sekali para recruiters mencari lulusan perguruan tinggi yang sudah memiliki cukup pengetahuan seputar manajemen operasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa  yang dimaksut mts,mto
2.apa saja klasifikasi mts dan mto
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa saja yang yang dimaksut dengan mtodan mts
2. mengetahui klarifikasi dari mto dan mts







BAB 2
PEMBAHASAN
Pengertian Make To Stock
Make To Stock adalah membuat suatu produk akhir untuk disimpan, dan kebutuhan untuk konsumen akan diambil dari persediaan di gudang.Contoh : Barang-Barang konsumsi (makanan kemasan, minuman, peralatan mandi dan lain-lain)Karakteristik Make To Stock
Menyimpan produk jadi
 Tingkat persediaan tergantung pada : waktu respon permintaan pelanggan dan tingkat variabilitas permintaan.
Jika Lead Time singkat, maka tingkat persediaan lebih sedikit, penanganan cepat bila ada permintaan tak terduga, dan membutuhkan kapasitas yang fleksibel.
Kebanyakan perusahaan Make To Stock intensive pada modal yang diperlukan untuk menjamin layanan pelanggan yang dapat diterima.
 Pelanggan perusahaan Make To Stock tidak bersedia menunggu lama untuk mendapatkan produk yang mereka butuhkan.
Jadwal produksi biasanya diatur oleh perkiraan permintaan.
Bagian sales harus menjual berdasarkan Available to Promise (ATP) yaitu porsi dari persediaan yang belum teralokasikan / terikat dengan order.
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan membuatnya untuk disimpan. Konsumen akan memesan produk jika harga dan spesifikasi produk sesuai dengan kebutuhannya. Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat persediaan dan order yang tidak diidentifikasi pada proses produksi. Sistem produksi mengembangkan tingkat persediaan yang didasarkan pada order yang akan datang, bukan pada order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan lebih besar. Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain.

 Klasifikasi Sistem Manufaktur
Terdapat berbagai klasifikasi sistem manufaktur, antara lain:
Tipe produksi
Bertrand, Wortman & Wijngaard (1990) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan tipe produksi menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Make to Stock (MTS)
Pada strategi MTS, persediaan dibuat dalam bentuk produk akhir yang siap dipak. Siklus dimulai ketika perusahaan menentukan produk, kemudian menentukan kebutuhan bahan baku, dan membuatnya untuk disimpan. Konsumen akan memesan produk jika harga dan spesifikasi produk sesuai dengan kebutuhannya. Operasi difokuskan pada kebutuhan pemenuhan tingkat persediaan dan order yang tidak diidentifikasi pada proses produksi. Sistem produksi mengembangkan tingkat persediaan yang didasarkan pada order yang akan datang, bukan pada order sekarang. Pada strategi ini, resiko persediaan lebih besar. Contoh produk: makanan, minuman, mainan, dan lain-lain.
b. Assemble to Order (ATO)
Strategi ATO, semua subassembly masuk pada persediaan. Ketika order suatu produk datang, perusahaan dapat dengan cepat merakit komponen menjadi produk jadi. Strategi ini digunakan oleh perusahaan yang mempunyai produk modular, yang dapat dirakit menjadi beberapa produk akhir. Strategi ini mempunyai ’moderate risk’ terhadap investasi persediaan. Operasi lebih difokuskan pada modul atau part. Contoh produk: automobile, elektronik, komputer komersil, restoran fast food yang menyediakan beberapa paket makanan, dan lain-lain.
c. Make to Order (MTO)
Strategi MTO mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain produk dan beberapa bahan baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktivitas proses berdasarkan order konsumen. Aktivitas proses dimulai pada saat konsumen menyerahkan spesifikasi produk yang dibutuhkan dan perusahaan akan membantu konsumen menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat komponen dan merakitnya menjadi produk dan kemudian menyerahkan kepada konsumen. Pada strategi ini, resiko terhadap investasi persediaan kecil, operasionalnya lebih fokus pada keinginan konsumennya. Contoh produk: komponen mesin, komputer untuk riset, dan lain-lain.
d. Engineering to Order (ETO)
Dalam ETO, tidak ada persediaan. Produk belum dibuat sebelum ada order. Ketika order datang, perusahaan akan mengembangkan desain produk berserta waktu dan biaya yang diperlukan. Apabila rancangannya disetujui konsumen, maka produk baru dibuat. Strategi ini tidak mempunyai resiko (zero risk) persediaan. Dan cocok untuk produk baru atau unik. Misalnya: Kapal, komputer untuk militer, prototype mesin baru, dan lain-lain. Operasi lebih difokuskan pada spesifikasi order dari konsumen daripada partnya itu sendiri. Penggambaran masing-masing strategi ini dapat dilihat pada gambar 1.1, dan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 1.1.r
Karakteristik
MTS
ATO
MTO
ETO

Produk
Standard
Keluarga produk tertentu
Tidak punya keluarga produk, customized
Customized total

Kebutuhan produk
Dapat diramalkan


Tidak dapat diramalkan

Kapasitas
Dapat direncanakan


Tidak dapat direncanakan

Waktu produksi
Tidak penting bagi pelanggan
Penting
Penting
Sangat penting

Kunci persaingan
Logistik
Perakitan akhir
Fabrikasi, perakitan akhir
Seluruh proses

Kompleksitas Operasi
Distribusi
Perakitan
Manufaktur komponen
Engineering

Ketidakjelasan Operasi
Terendah


Tertinggi

Fokus manajemen puncak
Marketing/distribusi
Inovasi
Kapasitas
Kontrak order pelanggan

Fokus manajemen menengah
Kontrol stock
MPS dan order pelanggan
Shop floor control, pelanggan
Manajemen proyek

a. Sistem Manufaktur MTO-repetitif
Sistem manufaktur Make to Order (MTO) adalah sistem manufaktur yang beroperasi berdasarkan pesanan. Sistem manufaktur ini dibagi lagi menjadi MTO non-repetitif dan MTO repetitif. Beberapa parameter yang membedakan kedua sistem MTO ini dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2. Perbedaan antara Sistem Produksi MTO Repetitif & Non-Repetitif

MTO Repetitif
MTO Non-Repetitif

Karakteristik pesanan
Pesanan berulang dalam waktu singkat
Pesanan tidak berulang atau berulang dalam jangka panjang

Tindakan untuk mengulang setup
Dilakukan dengan meningkatkan efisiensi setup dan mengatur order yang akan diproses
Dilakukan dengan meningkatkan efisiensi setup

Kedua sistem MTO ini umumnya memiliki sistem produksi job shop, agar bisa mengakomodasikan order dengan ukuran yang kecil dan spesifikasi setiap order yang berbeda. Akan tetapi, untuk beberapa sistem manufaktur MTO yang berperan sebagai sub-kontraktor dapat memiliki sistem produksi flow shop, karena adanya kesamaan proses dalam sistem order yang diterima, misalnya sub-kontraktor produk semi konduktor, perusahaan pembuat tirai alumunium untuk jendela rumah dengan berbagai ukurannya, dan pabrik pengolahan karet alami.
Sistem produksi flow shop umumnya merupakan sistem produksi untuk sistem manufaktur make to stock (MTS) yang cenderung untuk memproduksi produk-produk dalam jumlah besar dan variasi yang sedikit. Pada sistem manufaktur MTS, peningkatan performansi stasiun kerja dilakukan dengan memeperbaiki cara kerja yang dilakukan di setiap stasiun. Sistem manufaktur MTO dapat juga memiliki sistem produksi flow shop, tetapi peningkatan performansi stasiun kerja tidak hanya dilakukan dengan memperbaiki cara kerja melainkan juga dengan mengatur urutan order-order yang akan diproses. Parameter-parameter lain yang membedakan sistem MTO repetitif dengan sistem MTS dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3. Perbedaan antara Sistem Manufaktur MTO Repetitif

MTO Repetitif Flow Shop
MTS Flow Shop

Respons terhadap fluktuasi demand
Memperkecil waktu penyelesaian
Mencari jumlah inventori yang sesuai

Persediaan produk jadi
Tidak ada (siklus pemesanan besar)
ada

Saat mulai proses produksi
Jika ada pesanan
Sesuai hasil peramalan

Jumlah yang diproduksi
Tergantung jumlah pesanan
Sesuai hasil perencanaan produksi

Perencenaan produksi
Perencanaan kapasitas
Perencanaan jumlah yang diproduksi

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa sistem produksi untuk sistem manufaktur MTO dapat berupa job shop maupun flow shop yang ditentukan oleh karakteristik urutan pengertian setiap order. Sistem MTO repetitif memiliki sistem produksi job shop, apabila urutan pengerjaannya tidak mengikuti suatu aliran urutan pengerjaan tertentu, sedangkan sistem produksi flow shop diterapkan jika urutan pengerjaan setiap order mengikuti urutan pengerjaan tertentu. Sistem MTO repetitif job shop dengan urutan pengerjaan yang tidak mengikuti aliran tertentu mempunyai variasi urutan pengerjaan yang lebih tinggi dibandingkan MTO repetitif flow shop, sehingga perkiraan saat order akan diproses di stasiun kerja tertentu untuk MTO repetitif job shop akan relatif lebih komplek dibandingkan dengan MTO repetitif flow shop.
Volume produksi
Bedworth & Bailey, 1987 mengklasifikasikan sistem manufaktur menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Produksi massa
Laju serta tingkat produksi pada produksi massa umumnya tinggi, permintaan terhadap produk yang dihasilkan tinggi, dan peralatan umumnya mempunyai fungsi khusus. Keahlian tenaga kerja tidak terlalu tinggi sebagai akibat dari fungsi peralatan yang khusus.
b. Produksi batch
Ukuran lot produksi adalah medium. Tujuan dilakukannya produksi batch adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk-produk yang diperlukan secara kontinu. Peralatan umumnya mempunyai fungsi umum tetapi dirancang untuk tingkat produksi yang tinggi.
c. Produksi job shop
Tingkat produksi rendah, peralatan mempunyai fungsi umum, keahlian yang diperlukan tenaga kerja cukup tinggi, biasanya membuat berdasarkan pesanan.
Aliran produksi
Fogarty et al. (1991) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan aliran proses menjadi 3 tipe disain manufaktur tradisional, yaitu:
a. Fixed Site (Project)
Pada tipe project, material, tools, dan personel dialokasikan pada produk yang dibuat. Secara ekstrim dikatakan bahwa tidak ada aliran produk pada tipe ini, tetapi masih terdapat urutan operasi. Bentuk operasi pada project digunakan ketika terdapat kebutuhan khusus/spesial yang memerlukan kreativitas dan keunikan. Hal ini sulit diotomasikan pada proses manufaktur, karena hanya dilakukan satu kali. Project memerlukan biaya tinggi dengan perencanaan dan pengendalian yang sulit, sebab berat pada tahap definisi initial dengan tingkat perubahan-perubahan dan inovasi yang tinggi.
b. Job Shop (Jumbled Flow)
Pada proses job shop, man dan machine dikelompokkan menjadi stasiun kerja (semua bor pada satu stasiun kerja, gerinda, dan sebagainya). Aliran produk dan job hanya pada stasiun kerja yang dibutuhkan. Keuntungannya, dengan mesin yang berfungsi umum (general-purpose equipment) dan operator berketerampilan tinggi membuat proses manufaktur job shop fleksibel dalam merespon perubahan disain dan volume pesanan konsumen. Kerugiannya, tidak efisien.
c. Flow Shop, meliputi: small batch line flow, large batch (repetitive) line flow, dan continuous line flow.
Flow Shop disusun dari stasiun kerja dalam urutan operasi untuk membuat produk. Semua produk mengikuti standar produk yang ditentukan. Lintas rakitan automobile merupakan contoh bagus untuk proses flow shop.
3 tipe flow shop adalah:
1) Small-Batch Line Flow, mempunyai semua karakter flow shop, tetapi tidak semua memproses produk yang sama secara terus menerus. Memproses beberapa produk dengan ukuran batch kecil, dengan kebutuhan setup per batch. Digunakan ketika biaya proses bisa dipertimbangkan, permintaan part rendah, dan non-diskrit. Contohnya adalah farmasi.
2) Large-Batch (Repetitive) Line Flow, memproduksi produk diskrit dalam volume besar tetapi tidak kontinu.
3) Continuous Line Flow merefer pada proses kontinu dari fluida, bedak, logam, dan lain-lain. Biasa digunakan pada industri gula, minyak, dan logam lainnya.
Tabel 1.4. Karakteristik Proses

Job Shop
Batch Flow
Small-Batch Line Flow
Large-Batch (Repetitive)
Continuous

Kelebihan
Kualitas tinggi
Kualitas tinggi
Kualitas tinggi
Biaya bersaing
Biaya rendah

Variasi
Fleksibilitas tinggi
Fleksibilitas sedang
Fleksibilitas sedang
Fleksibilitas rendah
Standard

Implikasi
Biaya tinggi
Biaya tinggi
Biaya sedang
Otomasi
Otomasi

Permesinan
Berfungsi umum
Berfungsi umum
Berfungsi umum
Berfungsi khusus
Berfungsi khusus

Strategi
Make to Order
Assemble to Order
Assemble to Order
Make to Stock
Make to Stock

Sumber: Fogarty, 1991
Tata letak (lay out)
Groover, (1987) mengklasifikasikan sistem manufaktur berdasarkan tata letak menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Fixed position layout
Fixed position layout disebut juga layout dengan posisi tetap. Artinya pengaturan fasilitas produksi dalam membuat produk, dengan meletakkan produk yang dibuat tetap atau tidak dipindah-pindah. Mesin, karyawan, dan fasilitas produksi lain yang berpindah mengelilingi produk yang dikerjakan sesuai dengan kebutuhan. Contoh: pembuatan produk pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain. Fixed position layout dapat dilihat pada gambar 1.4a.
b. Process layout
Process layout disebut juga layout fungsional. Artinya pengaturan letak fasilitas produksi di dalam pabrik didasarkan atas fungsi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi yang ada. Mesin atau fasilitas yang memiliki fungsi yang sama dikelompokkan dan diletakkan pada tempat yang sama. Layout ini biasanya digunakan untuk membuat barang yang beragam. Dalam layout ini arus barang selalu berubah, tergantung pada kebutuhan mesin yang digunakan untuk membuat suatu produk. Contoh: berbagai produk dan besi. Process layout dapat dilihat pada gambar 1.4b.
c. Product flow layout
Product flow layout disebut juga layout garis. Artinya pengaturan letak mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik didasarkan atas urut-urutan proses produksi dalam membuat suatu produk. Produk yang dikerjakan setiap hari selalu sama dan arus produk yang dikerjakan juga selalu sama, seolah-olah menyerupai garis, meskipun tidak selalu berupa garis lurus.














BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa sistem produksi untuk sistem manufaktur MTO dapat berupa job shop maupun flow shop yang ditentukan oleh karakteristik urutan pengertian setiap order. Sistem MTO repetitif memiliki sistem produksi job shop, apabila urutan pengerjaannya tidak mengikuti suatu aliran urutan pengerjaan tertentu, sedangkan sistem produksi flow shop diterapkan jika urutan pengerjaan setiap order mengikuti urutan pengerjaan tertentu. Sistem MTO repetitif job shop dengan urutan pengerjaan yang tidak mengikuti aliran tertentu mempunyai variasi urutan pengerjaan yang lebih tinggi dibandingkan MTO repetitif flow shop, sehingga perkiraan saat order akan diproses di stasiun kerja tertentu untuk MTO repetitif job shop akan relatif lebih komplek dibandingkan dengan MTO repetitif flow shop.

SARAN
Puji dan sukur saya haturkan kehadirat tuhan yang mahakuasa karena atas   berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas sistem produksi selain intu saya harapkan juga bagi siapa yang membaca makalah ini agar dapat memahami jika ada yang kurang saya memohon saran dan komentar yang dapat membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Jumat, 15 Februari 2019


KETUA :  PAULUS BENDRI FERNANDEZ
ANGGOTA :
ANASTASIA DE DELIA DOS SANTOS
MOLDI NIKOLAUS NONI
ONOHEBER S SOLE
DEDIMUS MAUMABE
BENEDIKTUS M NOE
                        

KATA PENGANTAR


       Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala limpahan karunia dan rahmat,sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan  makalah dengan judul “ Poros dan Pasak” dengan lancar.
       Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini,terkhususnya penulis ucapkan limpah terima kasih kepada dosen mata kuliah Elemen Mesin I yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini  tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan pada proses pembelajaran selanjutnya.




Kupang,10 Oktober 2018



    Penulis
























DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………………………………………...2
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………………………………….3
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………....3
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………..3
BAB II
Pembahasan……………………………………………………………………………..…4
1.1 Pengertian dan Klasifikasi Pasak………………………………………………...4
1.2 Macam-Macam Pasak…………………………………………………………... . 4
1.3 Fungsi dan Pemakaian Pasak……………………………………………………. 6
1.4 Perhitungan Kekuatan Pasak……………………………………………………. 6
1.5 Pengertian dan Klasifikasi Poros…………………………………………………6
1.6 Macam-Macam Poros…………………………………………………………….. 7
1.7 Fungsi dan Pemakaian Poros………………………………………………….......7
1.8 Perhitungan Kekuatan Poros……………………………………………………...8
BAB III
Penutup            ……………………………………………………………………………...9
2.1. Kesimpulan. ………………………………………………………………………. 9
2.2. Saran………………………………………………………………………………...9
Daftar Pustaka






















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar,biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi(gear),pully,flywheel,engkol,sprocket dan elemen pemindah lainya.Poros biasa menerima beban lenturan,beban tarikan,beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri- sendiri atau  berupa gabungan satu dengan lainya.
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui putaran mesin.Setiap elemen mesin yang berputar seperti cakra tali puli,sabuk,putaran mesin.Piringan kabel,tromol kabel,roda jalan dan roda gigi dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar.
Pasak merupakan komponen mesin yang diletakan diantara poros dan hub yang berpasangan. Penggunaan pasak bertujuan untuk mentransmisikan daya atau torsi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Elemen Mesin I,makalah ini disusun berdasarkan tugas kelompok dengan judul makalah tentang poros dan pasak, kami akan membahas tentang definisi poros dan pasak,klasifikasi poros dan pasak,macam macam poros dan pasak,fungsi dan pemakaian poros dan pasak serta perhitungan kekuatan poros dan pasak agar pembaca dapat  mengetahui secara umum dan menyeluruh tentang poros dan pasak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis berinisiatif menulis beberapa halyang akan dibahas dalammakalah ini antara lain.
Apa yang dimaksud dengan pasak dan bagaimana klasifikasi pasak?
Apa saja macam-macam pasak?
Apa fungsi dan bagaimana pemakaian pasak?
Bagaimana perhitungan kekuatan pasak?
Apa yang dimaksud dengan poros dan bagaimana klasifikasi poros?
Apa saja macam-macam poros?
Apa fungsi dan bagaimana pemakaian poros?
Bagaimana perhitungan kekuatan poros?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian dan klasifikasi dari poros dan pasak
Untuk mengetahui macam-macam dari poros dan pasak
Untuk mengetahui fungsi dan pemakaian dari poros dan pasak
Untuk mengetahui perhitungan kekuatan dari poros dan pasak
Untuk memenuhi tugas mata kuliah elemen mesin I
BAB 2
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian dan Klasifikasi Pasak
Pasak adalah elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi,sprocket,puli dan kopling pada poros. Pasak berupa sepotong baja lunak (mild steel) yang berfungsi sebagai pengunci. Penggunaan pasak bertujuan untuk mentransmisikan gaya atau torsi. Pemasangan pasak tidak bersifat permanen,hal tersebut supaya mudah dipasang dan di bongkar untuk kebutuhan perakitan atau perbaikan. Material pasak sebaiknya lebih lemah dibandingkan dengan material poros dan material hub.Pemilihan material pasak yang lebih lemah bertujuan agar pasaknya yang merusak,bukan porosnya atau hubnya dalam bahasa inggris disebut sebagai key ada juga yang mengenal paska dengan istilah spi.
Klasifikasi pasak :
a. Pasak Prefabricated
dapat diklasifikasikan menjadi aktif dan pasif. Pasak aktif atau screw type secara mekanik berikatan dengan dinding saluran akar dan memiliki retensi yang baik ,namun selama penempatan dan pengunyahan akan menimbulkan tekanan pada saluran akar. Pasak pasif atau cemented tidak berikatan dengan dinding saluran akar dan lebih tidak retentif dibandingkan pasak aktif,namun tekanan yang dihasilkan selama penempatan dan pengunyahan juga lebih minimal. Pilihan  bahan untuk pasak prefabricated adalah alloy,stainless steel,titanium,gold plated brass,porselen,dan fiber reinforced polymer. Pasak metal seringkali menyebabkan terjadinya bayangan abu-abu (grey zone) pada daerah servikal gingival dan dalam penggunannya masih diperlukan pembuangan daerah undercut untuk adaptasi pasak. Pasak fiber sering dipakai sekarang ini.

b. Pasak Custom Made
Bahan pilihan untuk pasak custom made adalah alloy dan porselen. Mahkota pasak custom made dan inti logam emas sudah digunakan dalam beberapa decade sebagai restorasi setelah perawatan endodontic. Alloy logam lain juga dapat digunakan sebagai bahan pasak,namun tingkat kekerasannya dapat menyebabkan fraktur akar,sehingga klinisi lebih memilih pasak dan inti emas sebagai restorasi gigi anterior. Kelemahan bahan  alloy emas adalah  nilai estetiknya yang rendah,sehingga sekarang tengah berkembang penggunaan  restorasi all porcelain dan metal porselen
Custom made diindikasikan untuk gigi dengan akar tunggal terutama pada gigi dengan sisa mahkota yang minimla,karena pada kondisi yang demikian pasak yang digunakan harus mampu menahan terjadinya rotasi pada saat penempatan dan pengunyahan. Pasak tuang adalah inti pasak logam yang dibuat secara individual sesuai dengan hasil preparasi dari masing-masing gigi.

1.2 Macam-Macam Pasak
Beberapa tipe yang digunakan pada sambungan elemen mesin,adalah :


a. Pasak Beban (PB)
Pasak jenis ini dipasang terbenam setengah pada bagian poros dan setengah pada bagian hub. Terdiri atas beberapa jenis :
PB Persegi Panjang (penampang memanjang tirus perbandingan 1:1000)
PB Sama Sisi/Persegi
Disini lebar pasak sama dengan tebalnya.
PB Sejajar (sama dengan PB persegi panjang tetapi penampang memanjang tidak tirus)
Bentuk seperti ini dimaksudkan agar hub atau sebaliknya poros dapat digeser satu sama lain di sepanjang sumbu poros.
PB Kepala
Memiliki bentuk yang sama dengan PB persegi panjang tetapi dilengkapi kepala pada salah satu bagian ujungnya. Berfungsi untuk memudahkan proses bongkar pasang.
PB Ikat
Pasak diikat pada poros,bebas pada hub atau sebaliknya agar bagian yang bebas bias digerakan aksial (searah poros). Merupakan pasak tipe khusus untuk memindahkan torsi/momen putar sekaligus diizinkan adanya pergerakan aksial disepanjang sumbu poros.
PB Segmen
Merupakan jenis pasak yang dapat disetel dengan mudah,karena pasak dibenam pada alur yang berbentuk setengah lingkaran pada poros. Jenis-jenis ini digunakan secara luas pada mesin-mesin kendaraan dan perkakas. Kelebihan dari jenis pasak ini adalah :dapat menyesuaikan sendiri dengan kemiringan (ketirusan) bentuk celah yang terdapat pada hub,dan sesuai untuk poros dengan konstruksi tirus pada bagian ujungnya,karena mencegah kemungkinan lepasnya pasak.
Kekurangannya : alur yang terlalu dalam pada poros akan melemahkan poros,serta tidak dapat difungsikan sebagai PB ikat.

b. Pasak Pelana
Terdiri dari 2 tipe,yakni :
Pasak Pelana Datar
Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alur hub dan datar pada lengkung poros,jadi mudah slip pada poros jika mengalami kelebihan beban torsi. Sehingga hanya mampu digunakan untuk poros-poros beban ringan sebagai penyortir beban.
Pasak Pelana Lengkung
Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alurnya dihub dan bagian sudut bawahnya dipasang pas pada bagian lengkung poros.
c. Pasak Bulat
Merupakan pasak berpenampang bulat yang dipasang ngepas dalam lubang antara poros dan hub. Kelebihannya adalah pembuatan alur dapat dilakukan dengan mudah setelah hub terpasang pada poros dengan cara dibor. Umumnya digunakan untuk poros yang meneruskan tenaga putar kecil. Ada dua posisi pemasangannya atau kedudukannya pada poros dan hub,yakni :
Dipasang mebujur (sejajar sumbu poros)
Dipasang melintang (tegak lurus sumbu poros)

d. Pasak Bintang (Spline)
Pasak jeni ini memiliki kekuatan yang lebih besar disbanding dengan tipe-tipe lainnya. Karena konstruksi pasaknya daibuat langsung pada bahan poros dan hub yang saling terkait. Umumnya digunakan untuk poros-poros yang harus mentransmisikan tenaga putar besar,seperti pada mesin-meisn tenaga dan system transmisi kendaraan. Bahan pasak dan poros yang digunakan biasanya sama. Pasaknya yang berjumlah banyak yakni :4,6,8,10,sampai 16 buah. Karena hampir menyerupai sehingga sering disebut sebagai pasak bintang (spline). Spline pada poros biasanya relative lebih panjang,terutama bagian hub yang  dapat digeser-geser secara aksial. 

1.3 Fungsi dan Pemakaian Pasak
Pasak berfungsi sebagai pengunci yang disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi.
Pemakaian pasak. pengunci yang disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu poros. Penggunaan pasak yaitu sebagai pengaman posisi,pengatur kekuatan putar atau kekuatan luncur dari naf terhadap poros,perlekatan kuat dari gandar,untuk sambungan flexible atau bantalan,penghenti pegas,pembatas gaya,pengaman sekrup dan lain-lain.

1.4 Perhitungan Kekuatan Pasak
Persamaan kegagalan pasak harus dibandingkan dengan kekuatan material pasak. Panjang pasak untuk mengantisipasi kegagalan tekanan :
    l = F / h1 x σijin = F x FS / h1 x Sy
Panjang pasak untuk mengantisipasi kegagalan geser :
l = F / w x Tijin = F x 2FS / w x Sy

1.5 Pengertian dan Klasifikasi Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar,biasanya berpenampang bulat diameter pasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear),pully,flywheel,engkol,sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bias menerima beban lentur,beban tarikan,beban teka atau beban puntur yang bekerja sendiri-sendiri atauberupa gabungan satu dengan lainnya.
Klasifikasi kegunaan poros pada umumnya :
a) Poros penggerak
Kegunaan meneruskan putaran atau tenaga dari transmisi kepenggerak aksel dengan sudut yang bervariasi,yaitu : Poros penggerak (poros plopeler shaft),penghubung sudut (join),poros aksel (poros roda). Persyaratan tuntutan :
Tahan terhadap momen punter
Dapat meneruskan putaran roda sudut yang bervariasi
Dapat mengatasi perpanjangan atau perpendekan jaraj antara transmisi dan penggerak aksel (diferensial)
Dibuat seringan mungkin
b) Konstruksi penggerak propeller
Kegunaan sambungan salib (join),meneruskan putaran dengan sudut yang bervariasi pada batas-batas tertentu. Kegunaan sambungan geser (luncur),mengatasi akibat gerakan aksel yang berpegang terjadi perubahan jarak aksel dan transmisi.
c) Konstruksi poros aksel (poros roda) pada aksel rigrid : Flens roda,penahanan  bantalan,poros aksel,aksel,roda gigi matahari pada diferensial.
d) Poros penggerak pada suspense independent :Flens roda,bantalan naf,penghubung bola (pot join),poros aksel.

1.6 Macam-Macam Poros
Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut  pembebanannya sebagai berikut:
Poros Transmisi
Poros transmisi (transmission shaft) atau sering hanya disebut dengan poros (shaft) digunakan pada mesin rotasi untuk mentransmisikan putaran dan rotasi dari suatu lokasi ke lokasi yang lainnya. Poros mentransmisikan torsi dan driver (motor atau engine) ke driven. Komponen mesin yang sering digunakan bersamaan dengan poros adalah roda gigi,puli dan sprocket. Transmisi torsi antar poros dilakukan dengan pasangan roda gigi,sabuk atau rantai. Poros bias menjadi satu dengan driver,seperti pada poros motor dan engine crank shaft,bias juga poros bebas yang dihubungkan ke poros lainnya dengan kolping. Sebagai dudukan poros digunakan bantalan.
Poros Spindle
Adalah poros transmisi yang relative pendek,seperti poros utama mesin perkakas,dimana beban utama berupa puntiran,disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil,dan bentuk serta ukuran haruslah teliti.
Gandar
Adalah poros yang tidak mendapatkan beban punter,bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar. Contohnya seperti yang terpasang diantara roda-roda kereta barang dll.
Berdasarkan bentuknya : poros lurus,poros engkol sebagai penggerak utama pada silinder mesin. Ditinjau dari segi besarnya transmisi daya yang mampu ditransmisikan poros merrupakan elemen mesin yang cocok untuk mentransmisikan daya yang kecil hal ini dimaksudkan agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah (arah momen putar).

1.7 Fungsi dan Pemakaian Poros
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar,seperti cakaran tali,puli sabuk mesin,piringan kabel,tromol kabel,roda jalan dan roda gigi. Dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar. Contohnya sebuah poros dukung yang berputar,yaitu poros roda keran dan gerobak.
Pemakaian poros. Gandar (berputar atau diam) atau poros adalah menopang bagian mesin yang diam,berayun atau berputar,tetapi tidak menderita momen putar dan dengan demikian tegangan utamanya adalah tekukan (bending). Gandar pendek juga disebut sebagai baut. Bagian yang berputar dalam bantalan dari gandar (dan poros) disebut tap.
Poros (keseluruhannya berputar) adalah untuk mendukung suatu  momen putar dan mendapat tegangan puntir dan tekuk.
Menurut arah memanjangnya (longitudinal) maka dibedakan poros yang bengkok (poros engkol) terhadap poros lurus biasa,sebagai poros pejal atau poros berlubang,keseluruhannya rata atau dibuat mengecil. Menurut  penampang melintangnnya disebutkan sebagai poros bulat dan poros profil (contohnya dengan profil alur banyak dan profil -  K). Disamping itu dikenal juga poros engsel,poros teleskop,poros lentur dan lain-lain.
Persyaratan khusus terhadap design dan pembuatan adalah sambungan dari poros dan naf serta poros dengan poros. Pembuatan poros sampai diameter 150 mm adalah dari baja bulat (St 42,St 50,St 70) dan baja campuran) yang diputar atau ditarik. Dari lebih tebal ditempa menjadi jauh lebih kecil. Poros beralur diakhiri dengan penggosokan,dalam hal dikehendaki bulatan yang tepat. Tempat bantalan dan peralihan menurut persyaratan diputar halus digosok,dipoles,dicetak dan pada pengaretan tinggi kemudian dikeraskan.
Pemilihan bahan poros selain diarahkan menurut beban yang dikenakan dan kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi pemasangannya,contohnya pada poros ritual yang bahannya dipilih setelah untuk roda giginya. Pada bantalan luncur maka keausan dan sifat putaran darurat memegang perangkat,tetapi pemuaian dan nilai pukulan takikan menurun (kepekakan takikan lebih tinggi).
Design pada poros diarahkan menurut bagian tetap yang mana poros atau gandar dihubungkan (bantalan,sil dan naf dari piringan atau roda yang dipasang). Sebagai gambaran maka tempat sambungan yang dibuat dengan benar yang peralihannya dibuatkan dengan baik,yaitu umumnya pada perlemahan dari berbagai pengaruh takikan.
Pengamanan poros dan gandar terhadap penggeseran memanjang diperoleh melalui peralihan poros pada tempat bantalan atau cincin pengaman. Pengaman memannjang dari bantalan,naf dan piringan dapat diperoleh seperti melalui mur poros atau cincin pengaman,kadang-kadang bentuk sambungan tidak meminta pengamanan memanjang (dudukan pres dan sebagainya). 

1.8 Perhitungan Kekuatan Poros
Bila direncanakan poros tersebut mampu memindahkan daya sebesar P (KW) dengan putaran (n) rpm,maka sudah barang tentu pasak yang akan direncanakan tersebut juga harus mampu meneruskan daya dan putaran,sehingga besar torsi (T) yang bekerja pada poros yaitu :
T = N.M atau T = Tp d3
Dimana : p = daya ayang akan dipindahkan (watt)
        n = putaran dalm (rpm)
                d= diameter poros
  Tp = tegangan puntir yang diizinkan untuk bahan poros
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
  Pasak adalah elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi,sprocket,puli dan kopling pada poros. Klasifikasi pasak : Pasak Prefabricated, Pasak Custom Made. Macam-Macam Pasak : Pasak Beban (PB),pasak pelana,pasak bulat,pasak bintang (spline)
Pasak berfungsi sebagai pengunci yang disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda gigi agar keduanya tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi.
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar,biasanya berpenampang bulat diameter pasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear),pully,flywheel,engkol,sprocket dan elemen pemindah lainnya. Klasifikasi kegunaan poros pada umumnya : Poros penggerak, Konstruksi penggerak propeller, Konstruksi poros aksel (poros roda) pada aksel rigrid, Poros penggerak pada suspense independent.  Macam-Macam Poros : Poros transmisi,poros spindle,gandar.
 Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar,seperti cakaran tali,puli sabuk mesin,piringan kabel,tromol kabel,roda jalan dan roda gigi


2.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya,kiranya kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian,khususnya bagi penulis.




















DAFTAR PUSTAKA

Autodesign Automitove.(2012,6 maret).Diperoleh 28 januari 2014,dari http://autodesign-0automotive.blogspot.com/2012/03
http://www.akademia.ed u/5646486/ELEMEN_MESIN_Perancangan_poros.
http://wwwacademia ia.ed u/5863621/POROS
http://www.akademia.ed u/5646486/ELEMEN_MESIN_Perancangan_poros.
Sularoso.2002 Dasar perencanaan dan pemilihanelemen mesin Jakarta,pradnya pramita

Jumat, 28 Desember 2018

Perinsip kerja vambel pada motor mio soul


Sepeda motor matic adalah sepeda motor yang menggunakan transmisi CVT, banyak pengguna yang meyukainya karena kemudahannya.. Berbeda dengan motor sport atau motor bebek yang masih menggunakan sistem tranmisi manual dan pemindahan gigi... 

Sistem CVT ini mengacu pada gaya sentrifugal dari putaran stasioner sampai putaran tinggi... Pada putaran stasioner atau langsam, putaran dari crankshaft diteruskan ke pulley primer, kemudian putaran diteruskan ke pulley sekunder yang dihubungkan oleh V-belt.... Selanjutnya putaran dari pulley sekunder diteruskan ke kopling sentrifugal....



Pada putaran stasioner kopling sentrifugal belum bisa bekerja karena gaya tarik per kopling masih lebih kuat daripada gaya sentrifugal, sehingga sepatu kopling belum menyentuh rumah kopling dan rear wheel ( roda belakang ) tidak berputar.... Pada saat putaran mesin mulai meninggi, maka terjadi gaya sentrifugal yang lebih kuat dari gaya tarik per kopling... Pada putaran yang tinggi, sepatu kopling akan terlempar keluar dan mengopel rumah kopling....



Pada putaran bawah posisi V-belt pada bagian pulley primer diameternya masih mengecil sedangkan bagian pulley sekunder, diameter V-belt masih membesar.. Sedangkan di pada putaran menengah, diameter V-belt kedua pulley berada pada posisi balance ( sama besar )...

Pergerakan ini terjadi akibat gaya sentrifugal pada berat roller yang terdapat pada pulley primer... Saat pulley primer berputar semakin tinggi maka akan terjadi gaya sentrifugal yang membuat roller terlepar dan mendorong sliding sheave ke arah fixed sheave.... Sehingga akan terjadi tekanan pada sliding sheave mengakibatkan V-belt bergeser ke arah lingkaran luar atau membesar dan menarik V-belt pada pulley sekunder ke arah lingkaran dalam atau mengecil....

Pada sitem penggerak CVT ini komponen yang perlu di perhatikaan adalah roller... Berat roller sangat berpengaruh pada pergerakan vbelt... Jika roller sudah aus atau peyang maka akan timbul suara kasar, saat berakselerasi timbul suara seperti mendengung....

KATA PENGANTAR Segala puji dansukur saya haturkan ke tuhan yang mahakuasa yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat meny...